CERPEN : Usaha Tak Akan Menghianati Hasil
Usaha Tak Akan Menghianati Hasil
Namaku Beni Satrio seorang
siswa kelas 12 di salah satu SMA di kota Jakarta. Tio adalah nama panggilan
dari teman – teman kelasku. Aku merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Walaupun lahir di keluarga yang bisa dibiang sederhana aku bersekolah di
sekolah favorit yang tidak sembarang siswa bisa masuk ke dalamnya. Aku memunyai
sahabat bernama Adi , kami bersahabat
sejak kecil. Cita – cita kami yaitu ingin menjadi seorang pengusaha sukses
dikota ku. Sedari kecil kami sering menuliskan pemikiran besar diatas sebuah
kertas dan membuatnya menjadi perahu lalu menghanyutkannya di aliran sungai
dengan harapan tulisan tersebut akan sampai di tangan Tuhan lalu dikabulkan.
Lucu memang jika diingat, kadang kami juga sering menertawakan
kenangan-kenangan kami semasa kecil.
Pagi itu di hari senin aku
berangkat ke sekolah dengan tergesa-gesa karena waktu sudah menunjukkan puluk
06.55 WIB sedangkan sekolah masuk pukul 07.00 WIB. Sesampainya di sekolah aku
terlambat karena gerbang sekolah sudah tertutup. Keringat yang masih deras
mengalir dan nafar yang tak terkontrol tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan
dari Adi dari samping sekolah. “ Tioooo, cepat sini masuk lewat pintu samping
nanti keburu ada Bu Ersa” teriak Adi cukup keras. Dengan sigap aku kembali
berlari ke pintu samping sekolah dan beruntungnya saat itu satpam sekolah tidak
ada sehingga aku tetap bisa masuk ke dalam sekolah. Setelah berhasil amsuk aku
dan Adi segera berlari menuju ruang kelas, hari ini presentasi kelompok kami.
Setelah sampai di kelas Bu Ersa masuk ke dalam kelas untuk mengajar Bahasa Indonesia.
Kelompok ku dan Adi maju ke depan untuk mempresentasikan tugas mengenai drama.
Jam menunjukkan pukul 09.00 WIB tiba waktunya untuk istirahat, obrolan mengenai
kejadian tadi pagi pun tak terlewatkan.
“Terimakasih ya Adi jika tidak ada kamu pasti aku hari ini tidak bisa
masuk” kata ku kepada Adi.
“Santaii, lain kali berangkat lebih pagi lagi ya Agar tidak terulang sampai
terlambat hehe” jawab Adi .
Waktu berlalu dengan cepat
saat ini sudah memasuki kelas 12 akhir Tio dan Adi masing-masing sudah mulai
fokus untuk menghadapi ujian kelulusan. Pagi siang sore bahkan malam bukan
menjadi halangan untuk belajar. Pulang sekolah Tio tak lupa membantu Ibunya
berjualan di kios, kadang ia juga membawa makanan buatan Ibunya untuk dijual di
kantin sekolah. Kelas 12 akhir ini menjadi waktu yang cukup berat untuk Tio,
karena keadaan ekonomi keluarga mereka sedang tidak baik . Adiknya yang bernama
Siti tahun depan akan masuk ke SMA sedangan dia ingin melanjutkan kuliah namun
apalah daya jika seperti itu keadaannya ia hanya bisa bersabar. Adi yang
mengetahui keadaan Tio yang seperti itu tidak tinggal diam , dia memberikan
semangat dan kadang dia juga membantu Tio untuk membawakan dagangan nya dan
menawarkan kepada teman teman agar membeli dagangan Tio.
Waktu ujuan kelilusan
sudah semakin dekat, Tio yang masih ambis untuk masuk ke perguruan tinggi
sangat antusias untuk belajar dan menambah waktu untuk mengerjakan latihan
soal. Dia merupakan anak yang cukup pintar karena menjadi juara kelas kemudian
disusul Adi. Walaupun sudah pintar Tio tidak berbangga diri , dia masih saja
menyempatkan waktunya untuk belajar di saat menjaga kios milik ibunya. 1 hari
sebelum ujian dimulai ia mendengar kabar bahwa Adi mengalami kecelakaan dan
menyebabkan Adi tidak dapat mengikuti ujian. Dia segera bergegas untuk
menjenguk Adi di rumah sakit, Tio merasa sedih karena sahabat dekatnya
mengalami kejadian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Adi mengatakan
kepada Tio agar semangat dalam menjalankan ujian esok hari.
Hari ujian tiba, Tio
mengerjakan ujian dengan tenang dan percaya diri. Ia sangat cepat dalam
mengerajakan soal. Sepulang mengerjakan ujian Ayah Tio memberikan nasihat
kepadanya agar tidak perlu melanjutkan ke perguruan tinggi karena semakin hari
kondii ekonomi keluarganya terus menurun. Mendengar hal itu Tio merasa sedih,
dia sangat ingin melanjutkan pendidikan namun jika memang keadaan yang memakas
dia akan menerimanya. Tidak hanya diam Tio lebih memperkuat doanya dan usahanya
agar datang keajaiban sehingga ia bisa melanjutkan kuliah tanpa membebani orang
tuanya.
Pengumuman kelulusan sudah
di depan mata, pukul 09.00 WIB telah diumumkan bahwa Tio adalah lulusan terbaik
di sekolah. Dia sangat senang karena selain mendapat penghargaan dari sekolah
dia mendapat tawaran untuk melanjutkan kuliah di universitas ternama dengan
biaya gratis karena ia mendapat beasiswa. Ia segera menerimanya dan melanjutkan
pendidikan di sana, orang tua Tio pun sangat mendukungnya dan karena doa doanya
keuangan keluargapun sekarang lebih baik dari sebelumnya. Ia mengambil prodi
yang sesuai dengan impiannya.
Tak terasa 5 tahun berlalu
Tio kembali ke kotanya untuk melanjutkan usaha keluarganya karena ia telah
lulus kuliah. Pagi itu dia menjaga kios sambil membaca koran. Tiba –tiba dia
mendengar suara yang tak asing baginya , perlahan ia menenggok ke arah depan
dan tak diduga ternyata itu adalah suara sahabatnya yaitu Adi. Dia segera
memeluk Adi karena sudah 5 tahun tak berjumpa .
Mereka mengobrol dan Adi bercerita dulu dia mengikuti ujian kelulusan
susulan dan melanjutkan kuliah di luar kota tempat orang tua Adi tinggal. Tidak
hanya senang karena mereka telah bertemu, Tio dan Adi merasa senang karena
impian mereka saat kecil yaitu ingin menjadi pengusaha sukses telah terkabul.
Saat ini Tio memiliki ratusan cabang kios usaha Ibunya dan Adi menjadi
pengusaha kayu ternama dikota itu. Memang benar usaha tidak akan mengianati
hasil itulah akhir dari kisah ini.
Author : Dhea Wahyu Yulia Putri
Pos-el : wahyudhea352@gmail.com
Amazingg👏👏
ReplyDelete